Pernah nggak sih lo ngerasa, kalau mau lapor masalah ke pihak berwenang itu ribetnya minta ampun? Tapi giliran ada kasus yang di-spill di Twitter (X) atau TikTok sampai ribuan share, tiba-tiba besoknya pelaku langsung ketangkep?
Yap, selamat datang di era "No Viral, No Justice".
Istilah ini makin sering terdengar di telinga kita belakangan ini. Seolah-olah, keadilan di negara +62 ini baru bisa "cair" kalau udah dapet atensi dari The Power of Netizen.
Tapi, kenapa sih ini bisa kejadian? Dan apa peran kita sebagai Gen Z di tengah fenomena ini? Yuk, kita bedah di POV Politics Hypewe!
The Power of "Tagging" Kapolri & Hotman Paris
Dulu, kalau ada korban kejahatan, langkah pertamanya adalah lapor ke kantor polisi. Sekarang? Langkah pertamanya adalah: Bikin Thread di Twitter, tag akun viral, tag Pak Kapolri, atau tag Bang Hotman Paris.
Ini bukan tanpa alasan. Netizen Indonesia udah sadar kalau tekanan publik (Public Pressure) adalah senjata paling ampuh buat bikin instansi gerak cepat (Sat-Set). Ketika sebuah kasus jadi trending topic, instansi terkait bakal merasa "diawasi" oleh jutaan mata. Taruhannya adalah reputasi instansi tersebut. Makanya, penanganan kasus viral biasanya jauh lebih ngebut dibanding kasus biasa.
Sisi Positif: Kita Punya Suara!
Kabar baiknya, ini bukti kalau suara rakyat (baca: suara jempol netizen) itu diperhitungkan. Media sosial ngasih kita privilege buat jadi "pengawas" kinerja pemerintah secara langsung.
Gen Z dan Gen Alpha punya peran besar di sini. Kalian yang paling jago bikin narasi, ngedit video kronologi, dan naikin hashtag sampai jadi isu nasional. Ini bentuk Digital Activism yang nyata.
Sisi Gelap: Keadilan Tebang Pilih?
Tapi, ada sisi seramnya juga, guys.
Kalau hukum cuma tajam buat kasus yang viral, gimana nasib korban yang nggak punya akun sosmed? Gimana nasib orang-orang di pelosok yang nggak ngerti cara bikin konten TikTok?
Bahayanya mentalitas "No Viral No Justice" adalah menciptakan ketimpangan. Keadilan seolah jadi barang mewah yang cuma bisa dibeli pakai "Like" dan "Share". Selain itu, pengadilan jalanan (trial by press) kadang bikin orang yang belum tentu salah udah di-bully habis-habisan sebelum sidang beneran dimulai.
Gen Z Harus Gimana?
Kita nggak bisa nyalahin netizen yang main hakim sendiri karena mungkin itu bentuk rasa frustrasi mereka. Tapi, sebagai pembaca Hypewe yang cerdas, kita bisa lakuin ini:
Kawal Terus: Jangan cuma viralin di awal, tapi kawal kasus sampai putusan. Consistency is key.
Cross-Check: Sebelum ikut nge-hujat atau nge-share kasus viral, pastikan infonya valid (No Hoax). Jangan sampai kita malah viralin fitnah.
Speak Up: Gunakan platform kalian buat bantu angkat suara mereka yang nggak punya akses ke media sosial.
Kesimpulan
Fenomena "No Viral No Justice" adalah tamparan keras buat sistem hukum kita, tapi sekaligus pengingat bahwa teknologi bisa jadi alat kontrol sosial yang kuat.
Semoga ke depannya, "Justice" bisa didapat semua orang tanpa harus nunggu masuk FYP dulu ya.
Menurut lo gimana? Sistem "Viral Dulu" ini efektif atau malah bikin hukum jadi aneh? Diskusi santai di bawah yuk! 👇

Posting Komentar