Skill atau "Ordal"? Realita Pahit Dunia Kerja yang Bikin Gen Z Kena Mental, Valid No Debat?

Pernah nggak sih lo ada di posisi ini: Udah kuliah 4 tahun, IPK Cumlaude, sertifikat organisasi numpuk, portofolio tebal, terus lo lamar kerja lewat job portal. Tapi, berminggu-minggu nggak ada kabar, eh tiba-tiba denger kabar kalau posisi itu udah diisi sama "Ponakan Pak Bos" yang baru lulus kemarin sore?

Sakitnya tuh di sini, Bestie. 💔

Selamat datang di realita Indonesia Emas (Emang Mas-nya Siapa?). Di mana skill kadang nomor dua, dan "siapa bapak lo" adalah kunci utama.

Kali ini, POV: Politics Hypewe mau bahas fenomena "Ordal" (Orang Dalam) yang bikin Gen Z makin apatis sama sistem meritokrasi.

Nepotisme: Budaya atau Penyakit?

Kalau kita tarik ke ranah politik yang lebih luas, budaya "titip-menitip" ini sebenernya bukan hal baru. Dari level RT, instansi pemerintah, BUMN, sampai perusahaan swasta, praktik ini udah kayak rahasia umum.

Istilah kerennya sekarang "Nepo Baby". Kalau di luar negeri, nepo baby biasanya disematkan ke artis Hollywood. Kalau di Konoha (+62)? Nepo baby bisa ada di mana aja. Di kursi parlemen, di jabatan strategis, sampai di staf admin kantor biasa.

Dampaknya? Kita yang berjuang lewat "Jalur Langit" (doa) dan "Jalur LinkedIn" seringkali kalah telak sama mereka yang lewat "Jalur Keluarga".

Bedanya Networking vs Ordal (Biar Lo Nggak Salah Paham)

Banyak yang bilang, "Ah, itu kan namanya networking! Wajar dong." Eits, tunggu dulu. Ada beda tipis tapi fatal antara Networking dan Nepotisme (Ordal).

  • Networking: Lo kenal orang dalam, dia tahu lo punya skill bagus, dia merekomendasikan lo (Referral), TAPI lo tetap ikut tes dan wawancara secara adil. Kalau lo nggak lolos tes, ya nggak diterima.

  • Ordal: Lo kenal orang dalam, mau skill lo nol besar pun, lo langsung diterima. Proses rekrutmen cuma formalitas belaka.

Nah, yang bikin Gen Z kena mental itu yang kedua. Ini merusak integritas dan bikin anak muda mikir: "Buat apa gue belajar capek-capek kalau ujung-ujungnya kalah sama koneksi?"

Kenapa Ini Bahaya Buat Masa Depan Negara?

Bayangin kalau orang-orang yang duduk di posisi penting (baik di pemerintahan atau perusahaan) bukan orang yang kompeten, tapi cuma orang yang "dekat".

Hasilnya? Kebijakan ngawur, pelayanan publik lemot, dan perusahaan yang nggak inovatif. Jangka panjangnya, negara kita bakal susah maju karena kita nggak menempatkan The Right Man in The Right Place.

Gen Z Harus Gimana?

Marah boleh, tapi nyerah jangan. Kita nggak bisa ngubah sistem bobrok ini dalam semalam, tapi kita bisa mulai dari diri sendiri:

  1. Stop Normalisasi: Kalau nanti lo jadi bos atau pemimpin, please putus rantai ini. Rekrut orang berdasarkan kemampuan, bukan kedekatan.

  2. Upgrade Value: Karena kita nggak punya privilege ordal, senjata kita cuma satu: Skill yang nggak bisa diabaikan. Bikin diri lo semahal mungkin sampai mereka rugi kalau nggak nerima lo.

  3. Bangun Networking (Yang Sehat): Gaul yang luas, ikut komunitas, kenalan sama senior. Ubah "Ordal" jadi "Koneksi Profesional".

Kesimpulan

Fenomena Ordal emang bikin nyesek, tapi jangan jadiin alasan buat berhenti berusaha. Dunia emang nggak adil, tapi Tuhan nggak tidur (semoga HRD-nya juga sadar).

Lo punya pengalaman pahit ditikung Ordal? Atau malah lo yang jadi "Ordal"-nya? 🤭 Coba spill tipis-tipis di kolom komentar (tenang, boleh pakai akun anonim kok)! 👇

0/Post a Comment/Comments